Mantel atau coat termasuk salah satu produk fesyen yang menjadi pilihan sebagai pakaian penghangat badan di tengah cuaca yang yang sangat dingin (ini lazim di pergunakan di daerah kutub dan atau Negara – Negara yang beriklim sub tropis dikala musim salju datang) .
Mantel di Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai pelegkap fesyen. Sejalan dengan perkembangannya , mantel yang biasanya digunakan untuk melindungi tubuh dari udara dingin saat ini juga dipergunakan dalam keseharian . Karena itulah prospek bisnis mantel ke depan sangat menjanjikan. Seiring dengan tren mode mantel yang saat ini berkiblat pada style Korea, tentunya pelaku usaha mantel harus mengikuti tren yang berkembang.
Mantel gaya Korea memiliki ciri khas model kancing seperti jas, namun modelnya tidak lurus ke bawah, melainkan agak miring. Ada pula yang menggunakan resleting di bagian dalam mantel, namun dengan penambahan model jas di bagian luar mantel, dengan warna – warna soft seperti coklat dan abu – abu. Dengan mengikuti perkembangan mode, produk yang ditawarkan tentunya akan sangat digemari oleh konsumen.
Pemasaran yang tepat untuk jenis produk mantel, yakni dengan membuka show room yang dapat memamerkan beberapa jenis mantel yang di produksi sehingga konsumen dapat memilih secara langsung barang yang akan dibeli. Bila memasarkan lewat jalur online, sebaiknya memperhatikan keinginan konsumen. Meski saat ini produk mantel import membanjiri pasaran, persaingan harga antara produk local dengan produk import tidak menjadi penghalang bagi produsen dalam negeri. Hal ini Karena produk local memiliki karakteristik yang bisa disesuaikan dengan budaya dan ikilim local sehingga produk tersebut tepat guna. Faktor bahan baku local yang relative terjangkau, juga dapat membuat harga produk local lebih terjangkau dibandingkan dengan harga produk barang import. Oleh karenanya produk import biasanya lebih menyasar kalangan menengah ke atas. Namun, produk local yang menyasar kelas menengah ke atas juga mampu bersaing dengan produk import dengan tetap menjaga kualitas dan mengikuti mode yang berkembang.
Kendala utama yang dihadapi oleh produsen lebih kepada sumber daya manusia. Penjahit yang di rekrut harus memiliki pengalaman dalam membuat pakaian dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Pelaku usaha sebaiknya lebih teliti dalam menjaga kualitas barang yang akan dipasarkan. Caranya yakni dengan melakukan qualiti control terhadap mantel yang akan dipasarkan. Qualiti control tersebut sebaiknya dilakukan sendiri oleh pemilik usaha, sehingga kepuasan konsumen dapat dijaga.
Dianjurkan agar para pelaku usaha dapat mengintegrasikan lini – lini penunjang terciptanya sebuah produk, mulai dari industry bahan, benang sampai dengan department store yang mau menampung produk tersebut. Jadi dengan kata lain produsen harus menjalin kerja sama dengan industry besar penyedia bahan tekstil sampai department store agar bisnis bisa berjalan secara kontinyu. Hal ini tidak akan bisa berjalan mulus jika tidak ada kerja sama alias produsen bekerja sendiri.
Dengan membuat jaringan baik ke supplier bahan, mitra maklon hingga strategi pemasaran yang jitu, didukung oleh kualitas produk yang memenuhi selera konsumen tentu akan mendongkrak penjualan.
Bagi anda yang tertarik mencoba usaha di bidang fesyen tak ada salahnya mengikuti jejak sukses pengusaha – pengusaha mantel seperti Bramantya Farid Prakosa (pemilik C.V. Macro Seven), Santi Sanjaya (pemilik Fashion style), dll yang sepak terjangnya akan dikupas pada artikel berikutnya. Apalagi momen saat ini cukup tepat di saat tren model fesyen ala korea sedang jadi primadona. Selamat mencoba.